Kisah Pencarian Tuhan Oleh Nabi Ibrahim As.

KISAH PENCARIAN TUHAN OLEH NABI IBRAHIM AS.

 


Pada masa Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama politeisme dan menganut paganism. Dewa bulan atau sin termasuk salah satu berhala paling penting. Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama penyembahan. Maka dari itu astronomi merupakan bidang yang sangat penting dalam hal ini.

              Suatu kecil, Ibrahim sering kali melihat ayahnya membuat patung-patung. Oleh karena itu, Ibrahim berusaha mencari kebenaran agama yang dianut oleh keluarganya tersebut.

              Dalam Al-Kitab (Kitab Kejadian) diceritakan mengenai upaya Ibrahim dalam mencari kebenaran. Pada waktu malam yang gelap, ia melihat sebuah bintang (bersinar-sinar), lalu ia bertanya “inikah Tuhanku?”.

              Kemudian, apabila bintang itu terbenam, ia berkata “aku tidak suka sesuatu yang terbenam dan hilang”.

              Lantas jika dilihatnya bulan terbit (menyinarkan cahayanya), ia bertya lagi “inikah Tuhanku ?”.

Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah ia “sesungguhnya jika aku tidak diberikan petunjuuk oleh tuhanku, nniscaya jadilah aku termasuk golongan yang sesat.” Begitupun seterusnya.

Sementara itu, saat melihat matahari segdang terbit dan memancarkan sinarnya, ia berucap “apakah ini tuhanku? Sebab, ini lebih besar.”

Setelah matahari terbenam, ia berkata “wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari sesuatu yang kalian sekutukan.”

Inilah daya logika yang dianugrahkan kepada Ibrahim, dalam menolak agama penyemabhan langit yang dipercaya oleh kaumnya dan akhirnya, ia pun menemukan Tuhan yang sebenarnya.

Selain Al-Kitab, proses Ibrahim dalam mencari tuhan juga diterangkan di dalam Al-Qur’an. Allah SWT, menerangkan kisah pencarian tuhan Oleh Nabi Ibrahim dalam firmannya berikut :

 

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ

فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ

فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ

إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

 

Artinya : “Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”

“Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat”

“Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”

“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (Q.S Al-An’am 76-79).

Demikianlah kisah Nabi Ibrahim As. dalam mencari tuhan yang diterangkan dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an, pembicaraan tentang pencarian Tuhan hanya difirmankan dalam kisah Nabi Ibrahim As.

Dalam upaya pencarian tuhan, ternyata Ibrahim gagal mencari tuhannya. Ia gagal mencapai tuhannya. Ia tidak bisa meraih tuhannya dengan indranya; matanya, telinganya, dan tangannya. Bahkan dengan pikirannyapun ia mencoba membayangkan wujud tuhan, Ibrahim tetap gagal.

Rupanya memang Allah SWT al-Ghoib, yang bisa juga dibilang bersifat misterius, sehingga Ibrahim gagal mencapainya dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Tetapi untuk mengatakan bahwa Dia tidak ada, justru pengalaman Ibrahim selama ini mengarahkan kepada kesimpuan bahwa pasti ada sesuatu yang mengendalikan alam, sehingga tuhan (Allah SWT) tentu ada. Tetapi yang mana ?

Akhirnya Nabi Ibrahim As. bersikap sebagaimana teruangkap dalam firman Allah SWT berikut :

                 

إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Artinya : “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (Q.S Al-An’am 79).

              Nabi Ibrahim As. yang sudah berketetapan Hati untuk memerangi syirik dan persembahan berhala, ingin lebih dahulu mempertebal iman dan keyakinannya, menentramkan hatinya, serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin sesekali mengganggu pikirannya. Ia juga memohon kepada Allah SWT agar diperlihatkan kepadanya mengenai cara-Nya menghidupkan Kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.

              Berserulah Ibrahim kepada Allah SWT “Ya Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku, bagaimana engkau menghidupkan makhluk makhluk yang sudah mati ?”.

              Allah SWT menjawab seruannya dengan berfirman “Tidaklah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaanku?”.

              Nabi Ibrhami As. menjawab “Benar wahai Tuhanku, aku telah beriman dan telah percaya kepada-Mu dan kekuasaan-Mu. Namun, aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepalaku sendiri, agar aku mendapat ketentraman dan ketenangan hati. Selain itu, supaya keyakinanku kepada-Mu dan kekuasaan-Mu semakin tebal.”

              Allah SWT, mengbulkan permohonan Nabi Ibharim As. lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung. Setelah memperhatikan dan meneliti dan bagian tubuh burung-burung itu, ia memotongnya menjadi berkeping-keping, mencampur baurkan, dan meletakkannya diatas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu sama lainnya.

              Setelah mengerjakan seseuatu yang disyaratkan Allah SWT itu, Ibrahim diminta memanggil burung-burung yang terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh satu sama lain. Dengan izin Allah SWT dan kuasa-Nya, datanglah empat burung itu dalam keadaan utuh dan bernyawa seperti sediakala.

              Keempat burung itu terbang dan mendekati Ibrahim. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Allah SWT memang maha kuasa, dan dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati. Dengan demikian, tercapailah keinginan Ibrahim untuk menentramkan hatinya serta menghilnagkan kemungkinan adanya keraguan dalam iman dan keyakinannya. Sungguh, tidak ada sesuatupun dilangit atau bumi yang dapat menghalangi kekusaan-Nya dan kehendak-Nya. Ketika kata (Kun) difirmankan oleh-Nya, maka terjadilah sesuatu yang dikehendaki-Nya (fayakun).

 

Comments